AHY Hanya Sandiwara atau PHP Saja? Terbongkar : Prabowo Telah Pilih Sandiaga Uno Jadi Cawapres Sejak 28 Juli 2018

 

AHY Hanya Sandiwara atau PHP Saja? Terbongkar : Prabowo Telah Pilih Sandiaga Uno Jadi Cawapres Sejak 28 Juli 2018


AHY Hanya Sandiwara atau  PHP Saja?
Terbongkar : Prabowo Telah Pilih Sandiaga Uno Jadi Cawapres Sejak 28 Juli 2018





Jakarta, SI
Jika ada Gubernur/Wakil Gubernur  yang izin nyapres Presiden Jokowi wajib tiru SBY. Soal izin Presiden akan jadi kendala bagi Anies atau Sandi Uno jika dicapreskan. Karena bisa saja pencapresannya (jika ada) diputuskan last minute 10 Agustus 2018.
Presiden Jokowi mudah-mudahan tak persulit izin. Kalau capres/cawapres Prabowo/AHY atau Prabowo/Aher tidak akan ada kendala izin Presiden.
Tapi andai Anies/AHY atau Sandi Uno/AHY bisa saja bermasalah soal izin karena sangat mungkin diputuskan 10 Agustus 2018,"tulisnya.
Dikutip dari laman setkab, peraturan kepala daerah yang maju sebagai capres atau cawapres termuat dalam Pasal 171 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu). “Izin dari Presiden ini merupakan dokumen persyaratan yang harus dipenuhi kepala daerah yang memutuskan mau atau diusung partai politik sebagai calon presiden atau sebagai calon wakil presiden,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Bahtiar, di Jakarta, 16 Juli 2018 lalu.
Diketahui pasal tersebut berisi: "Surat permintaan izin gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KPU oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik sebagai dokumen persyaratan calon Presiden atau calon Wakil Presiden"
Pada ayat (1) dijelaskan apabila "Seseorang yang menjabat sebagai gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota yang akan dicalonkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden harus meminta izin kepada Presiden."
Bahtiar mengatakan izin tersebut akan diproses paling lama 15 hari. Meski demikian, Bahtiar menggarisbawahi apabila permintaan izin ini cukup disampaikan kepada presiden. "Sesuai ayat (3) Pasal 171, apabila (Presiden) belum memberikan izin, sementara permintaan izin sudah disampaikan, izin dari kepala daerah bersangkutan dianggap sudah diberikan oleh Presiden," imbuh Bahtiar.
Diketahui, pendaftaran capres dan cawapres dalam Pilpres 2019 dibuka pada 4 Agustus hingga 10 Agustus 2018. Dan pada akhirnya, hasilnya adalah Jokowi berpasangan dengan Maruf Amin dan Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno
Sandiaga Uno Kisahkan Dirinya Bersedia jadi Cawapres Sandiaga Uno sudah resmi menjadi Cawapres mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Sandiaga Uno menyebut dirinya tak perlu kehilangan 2 posisi sekaligus apabila Anies Baswedan mau menjadi Cawapres.
Hal itu diungkapkan Sandiaga Uno dalam acara Indonesia Lawyers Club yang diunggah di akun youtube Indonesia Lawyers lub tvOne dengan judul ’[EKSKLUSIF] Cerita Sandiaga Uno Bersedia Menjadi Cawapres ILC 14 Agustus 2018’.
Dalam acara itu, Karni Ilyas menanyakan soal kapan Sandiaga Uno dilamar Prabowo Subianto. Sandiaga Uno kemudian menceritakan bahwa ada sederet pertemuan terkait hal itu, dan dirinya seharusnya tak terpilih apabila Anies Baswedan mau menjadi Cawapres Prabowo Subianto. “Ini saya mestinya nggak duduk disini dan nggak kehilangan 2 posisi dalam satu malam itu kalau Mas Anies bilang iya. Dia akhirnya memutuskan tidak dan singkat dalam suasana yang sangat cair itu akhirnya bola panas itu dateng ke saya,” ujar Sandiaga Uno dalam video tersebut.
Sandiaga Uno juga menceritakan bahwa pernah terjadi pertemuan bertiga antara Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto dimana Prabowo menyampaikan untuk kesekian kalinya, dan Anies Baswedan bersikukuh ingin fokus di Jakarta dan menunaikan tugas dan janji amanahnya untuk menyelesaikan kewajibannya selama 5 tahun.
Sandiaga Uno pun kemudian menyampaikan argumen Anies Baswedan menolak pinangan Prabowo Subianto dengan kata-kata yang amat tertata dan diplomatis. “ Jadi itu yang dia (Anies Baswedan) sampaikan , dia (Anies Baswedan) bilang saya sudah terucap, saya teringat janji saya kepda seorang ibu di bukit duri yang menitipkan gendongan anaknya, ibu Saidah itu bilang gendongan ini mohon Pak Anies bawa, dan kebetulan pada waktu itu saya ada disana, mohon digendong seluruh anak jakarta jangan sampai ada yang mendapatkan pendidikan yang tidak tuntas dan berkualitas,” kata Sandiaga Uno.
AHY Bikin Tak Nyaman
Berbeda dengan Anies Baswedan, Prabowo Subianto justru memiliki fakta lain sampai akhirnya tak memilih AHY sebagai Cawapresnya.
Luhut Binsar Panjaitan membongkar fakta soal Prabowo Subianto akhirnya memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY saat diwawancara Najwa Shihab yang diunggah di akun youtube Najwa Shihab pada 14 Agustus 2018.
Unggahan di akun youtube Najwa Shihab itu diberi judul 'Catatan Najwa Part 2 - Utak Atik 2019 : Luhut : Prabowo Tidak Nyaman dengan AHY.'
Luhut Panjaitan memulai cerita itu dengan mengungkapkan bahwa ia sudah meramalkan bahwa Prabowo Subianto tak akan memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY sebagai wakilnya.  "Nggak, saya sudah ramalin dari awal. Saya bilang sama presiden saya susah membayangkan prabowo partneran sama AHY," kata Luhut Panjaitan ketika ditanya Najwa Shihab apakah ia kaget melihat pilihan Prabowo Subianto.
Luhut pun kemudian bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Prabowo Subianto, bahkan Luhut menyebut berteman lama dengan Prabowo Subianto, dan sudah sering berkelahi dengan Prabowo Subianto.
Namun Luhut juga mengakui bahwa Prabowo Subianto adalah orang baik, dan karena berteman lama, Luhut dan Prabowo Subianto selalu berbicara bebas dan santai setiap bertemu.
Makanya di suatu pertemuan Luhut pernah menanyakan ke Prabowo Subianto soal siapa wakil yang akan dipilih Prabowo Subianto.  "Saya pernah tanya sekali soal itu. Kalau kami berdua ketemu kan bicara ya bebas. Kamu maunya wakilmu mana sih?," kata Luhut menirukan ucapannya saat bertanya ke Prabowo Subianto.
Luhut pun kemudian menirukan jawaban dari Prabowo Subianto. "Bang, kalo kita mayor kan tahu bagaimana berpikirnya mayor," kata Luhut menirukan jawab Prabowo Subianto ketika ditanya Luhut soal Cawapres yang akan dipilihnya.
Dari situ Luhut lalu mengingat sikap anaknya yang juga masih berpangkat mayor.  "Terus saya ingat anak saya, anak saya kan mayor juga. Anak saya kan mayor, lagi sekolah di Command Staf General College di Amerika Serikat. Pas dia kirim foto ibunya, dia lagi mengunjungi satu pabrik pesawat terbang sama sekolahnya. Ya saya bilang otak mayor itu ya gini gini gini lah," ujar Luhut.
Luhut pun mengaku kemudian menceritakan hal itu ke Presiden Jokowi.  Luhut menyampaikan ke Presiden Jokowi bahwa Prabowo Subianto itu tidak nyaman (dengan AHY).  "Masa dia nyaman wakilnya mayor dia Letnan Jenderal. Dia Jenderal anak buahnya gini gimana. Repok pak," kata Luhut.
Tak Kuat
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengungkapkan bahwa pilihan Cawapres Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama diluar prediksi.
Bahkan saking di luar prediksi, banyak lembaga survei belum punya perhitungan apabila Jokowi-Ma'ruf Amin berhadapan dengan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.  "Kalau di atas kertas survei, ini bukan pilihan terbaik untuk kedua-duanya. Karena ketika dilakukan simulasi, ini bukan angka yang tinggi. Jokowi bukan dengan maruf amin untuk angka tertinggi, tetapi dengan mahfud justru jauh lebih tinggi. Prabowo juga tidak tertinggi dengan Sandiaga, paling tinggi itu dengan AHY," jelas Yunarto Wijaya di acara Catatan Najwa itu.
Tapi kemudian pilihan itu tetap terjadi lantaran ada logika-logika politik yang menurut Yunarto Wijaya  menjadi problem yang kompleks di masing-masing koalisi.
Yunarto Wijaya melihat buat Jokowi memilih Ma'ruf Amin adalah pilihan yang reaktif realistis, walaupun bukan yang terbaik. "Satu tadi Pak Luhut sudah kasih bocoran dikit tadi partai-partai (tidak setuju). Partai-partai ini kan yang  menatap 2024 yang tidak bertuan. Ketua umum punya peluang yang sangat besar di 2024. Yang paling penting kan bagaimana menjaga 2024 ini tidak kemudian menjadi milik 1 orang yang sangat kuat. Nah problemnya siapapun yang menjadi Wapresnya jokowi itu kan seperti dapet tiket gratis 2024 menjadi Capres paling kuat. Sementara Pak mahfud dari sisi usia, kesehatan, dan ambisi politik sangat mungkin menjadi Capres 2024," kata Yunarto Wijaya.
Atas analisa itulah Yunarto Wijaya tak kaget melihat Parpol pendukung Jokowi memilih seseorang yang dari sisi usia, dan ambisi tak akan maju lagi di Pilpres 2024.  "Nah ini pilihan kedua, jadi mungkin saja ada justifikasi juga buat seorang jokowi melihat situasi di pihakn lawan 2 hari terakhir, yakni Ketika prabowo bergabung dengan sandi, dan ini tidak terlalu kuat, sehingga Pak Jokowi tidak harus memilih Cawapres yang terkuat," kata Yunarto Wijaya. (tribun news com/red)