Walikota
Bogor Ogah Urus Kampanye Prabowo Sandi
Apakah Karena Takut Dijadikan Tersangka
Terkait Kasus Korupsi Angkahong?
Bima sadar betul
tugasnya sebagai wali kota bogor tak ringan. Terlebih tanggung jawabnya kini
tidak hanya sebatas dengan partai, tetapi jauh lebih besar kepada warga Kota Bogor
yang telah memberi amanah kepadanya.”Saya nggak mau gara-gara urusan politik
kemudian terabaikan, terbengkalai janji-janji saya, karena janji saya yang
paling utama itu. Ketika saya terpilih sebagai wali kota, saya harus
mementingkan kepentingan yang lebih besar dibanding kepentingan partai atau
kepentingan politik,” ujarnya.
Keputusan ini sudah
disampaikan langsung kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Sekjen PAN Eddy
Soeparno. Keduanya juga bisa memahami alasan Bima menolak jadi timses
Pabowo-Sandi dan memilih fokus di Kota Bogor. ”Sangat bisa memahami karena kan
posisi saya berbeda dengan anggota DPR, politisi pengurus DPP. Posisi saya
sebagai kepala dearah yang punya janji dan menjaga kebersamaan,” imbuhnya.
Selain itu, ia ingin
menjaga situasi Kota Bogor tetap kondusif. Selama ini, kerja sama yang baik
antara dirinya dengan unsur TNI-Polri sudah berhasil menjaga Kota Bogor tetap
kondusif. ”Bagi saya sebagai bapaknya orang Kota Bogor ya lebih pas, tepat,
kalau saya tetap mengayomi semua, tetap menjaga kebersamaan bersama unsur
TNI-Polri, menjaga stabilitas di Kota Bogor, tetap mengawal pilpres secara
bersama-sama, tidak secara politik fokus memenangkan salah satu,” tuturnya.
Keputusan ini tak ayal
menimbulkan pertanyaan soal penglihan dukungan ke Jokowi-Ma’ruf. Namun, Bima
tak mau mengomentari lebih banyak soal itu. ”No comment lah. Ya kembali kepada
dua alasan itu saja,” ucapnya.
Sementaraitu, Sekjen
PAN Eddy Soeparno mengaku partainya memaklumi pilihan Bima Arya yang lebih
memilih fokus menjalankan tugas sebagai kepala daerah. Menurutnya, langkah Bima
itu tak lain demi menjaga kondusivitas dan kerukunan warga di tahun politik. ”Bima
Arya sudah minta izin kepada ketum dan sekjen untuk fokus menjalankan tugas
sebagai wali kota di Bogor dan kita memakluminya. Tugas utama wali kota adalah
menjaga kondusivitas dan kerukunan warga di tahun politik ini,” ujar Eddy.
Lanjut Eddy mengatakan,
partainya sangat terbuka terhadap aspirasi-aspirasi yang masuk dari para kepala
daerah. Jika para kepala daerah memiliki alasan yang kuat untuk tidak terlibat
dalam proses pemenangan di pilpres, PAN akan mempertimbangkannya.
Meski begitu, Eddy
yakin seluruh kader PAN tetap bulat mendukung Prabowo-Sandi, termasuk Bima
Arya. ”Kita nggak mau berandai-andai. Lihat saja nanti bagaimana. Yang penting
semua tegak lurus dengan keputusan partai. Jika teman-teman kepala daerah PAN
memiliki argumen yang kuat untuk tidak bisa menjadi jurkam pemenangan, tentu
akan kita pertimbangkan,” terangnya.
Hal senada juga
diungkapkan Ketua DPD PAN Kota Bogor Safrudin Bima Menurutnya, apa yang disampaikan
Bima Arya bukan terhadap perintah partai tetapi lebih ke pertimbangan lain
yakni ingin fokus menjalankan tugas-tugasnya sebagai walikota. Apalagi,
tugasnya dalam melayani masyrakat Kota Bogor sangat di nanti. ”Jadi tidak ada
satupun kader, struktur dan keluarga besar PAN yang luar barisan. Kita total
mendukung Parobowo- Sandi karena ini perintah Partai,”ujar SB sapaan akrabnya.
Sementara itu, Wakil
Ketua Partai Gerindra Fadli Zon mengaku tak masalah dengan pilihan Bima yang
enggan mengampa nyekan Prabowo-Sandi di pilpres 2019. “Ya nggak ada masalah, saya
kira setiap orang boleh memilih perannya di mana. Saya juga baru tahu, jadi
sah-sah saja,” kata Fadli di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan,
Jakarta, (7/9) yang lalu.
Sementara itu pul,
Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean memuji sikap Bima
yang tegas menolak jadi timses. Menurutnya, sikap Bima patut diikuti kepala
daerah lainnya. “Justru kami menginginkan semua kepala daerah mau bupati, wali
kota, gubernur sampai menteri, harusnya tidak boleh terlibat politik praktis
dalam pilpres seperti ini. Jadi sebetulnya apa yang disampaikan Bima Arya itu
mestinya diikuti semua kepala daerah,” kata Ferdinand, (7/9) lalu.
Ferdinand mengatakan,
seorang kepala daerah mestinya bekerja untuk melayani dan menyejahterakan
rakyatnya. Jika seorang kepala daerah terlalu aktif terlibat dalam pilpres,
maka rakyatnya yang akan menjadi korban. “Itu tidak elok karena yang menjadi
korban nanti adalah masyarakat kita. Tentu menghabiskan banyak waktu
meninggalkan rakyatnya di daerah karena ikut mengurusi pilpres. Saya mendukung
langkah Bima Arya,” ungkapnya.
“Jadi tidak perlu harus
menjadi jubir, menjadi jurkam. Kalau dituntut sesekali untuk jadi jurkam,
ketika ada kampanye terbuka boleh-boleh saja. Tapi tidak terlibat masuk
struktur 24 jam, itu mengorbankan rakyat,” tambahnya.(wan/dip/red)